Kata Siapa Stok Beras Menipis? Indonesia Sedang Panen Raya

  • Bagikan
KOLAKAPOS, Jakarta--Ombudsman Republik Indonesia barus aja merilis temuan berkaitan dengan pengelolaan data persediaan beras dan kebijakan impor beras. Ada enam gejala maladministrasi. Di antaranya ditemukan pasokan beras pas-pasan dan tidak merata. Disarankan pemerintah hentikan kegiatan membuat opini soal beras surplus dan kegiatan perayaan panen yang berlebihan. “Lha ini kan malah menambah kegaduhan baru yaitu data. Jangan sampai data dijadikan tumpuan sumber masalah. Data kan sudah dari dulu adanya demikian. Mestinya kan fokus masalah rencana impor ini," ujar pengamat kebijakan publik, Muh. Syaifullah. “Mengenai adakah surplus beras ya serahkan saja pada yang kompeten. Data yang ada digunakan maksimal untuk menghitung beras, lama waktu bila mencari data lagi. Saya yakin instansi yang bersangkutan piawai menghitungnya”, imbuhnya. Penulis dan peneliti dari Pusat Kajian Inovasi dan Entrepreneurship (PKIE) itu mengatakan, bila ada pihak lain yang merasa memiliki data baru bisa dikonfirmasi pada instansi tersebut. "Saya yakin mereka akan terbuka membahasnya. Kalau begini kan saya jadi ikutan bingung. Dalam waktu singkat Ombudsman menyimpulkan stock beras pas-pasan dan menipis” Itu kayaknya stok Bulog ya?, kok terlalu sederhana hanya menghitung sebaran stok Bulog,” tegasnya, Menurutnya, saat ini diketahui stok beras banyak dan tidak hanya di Bulog. Stok beras lainnya ada di petani, penggilingan, pedagang, berbagai gudang, konsumen, di horeka dan lainnya. "Ingat Indonesia negara kepulauan, jadi so pasti lah stok beras itu bervariasi karena dikenal ada daerah sentra dan nonsentra padi. Logika saya saat ini stok tidak tipis, Buktinya survei BPS pada Maret, Juni dan September 2015, saat itu dalam kondisi musibah El-Nino terbesar, ditemukan stok berada di berbagai tempat kisaran 8 hingga 9,7 juta ton. Dibanding kondisi sekarang iklim normal, ya pastilah stok sekarang lebih besar," paparnya. Dia mengatakan, bukti sekarang stok berlebih adalah saat harga naik tinggi di atas 10 persen, tidak ada rush pemborongan beras. "Artinya tetap ada pasokan terus mengalir ke pasar. Justru saya malah curiga ada janggal kenapa harga naik liar, sementara pasokan cukup? Harga beras termurah I^64-III di PIBC mulai tanggal 3 – 9 Januari 2018 naik liar, sementara pasokan cukup, padahal saat Natal dan Tahun Baru harga wajar. Ini kok aneh ya. Kenapa kok merayakan panen disuruh dihentikan?, justru perayaan panen itu kan tanda syukur berkah bagi petani. Apa itu berlebihan?, Saya kira biasa-biasa saja, gak ada hal baru, dari dulu juga petani merayakan panen,” pungkas Syaifullah. (adv/jpnn)
  • Bagikan