Fine Compost Jadi Program Andalan Desa Wunduwatu 

  • Bagikan
Masyarakat Wunduwatu saat mengolah kotoran sapi menjadi pupuk padat organik. FOTO: Sapruddin/Kolaka pos

KOLAKAPOS, Andoolo -- Pemerintah Desa (Pemdes) Wunduwatu Kecamatan Andoolo Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), mengolah kotoran sapi menjadi pupuk padat organik fine compost pada program inovasi Desa.

Pupuk tersebut, petama kali ditemukan oleh Rosidin warga Desa Wunduwatu,  dijelaskannya pengetahuan terkait pupuk dimaksud, didapatnya pada saat mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Bank Indonesia (BI). Berbekal dari situlah, kemudian dirinya mengaplikasikan pengetahuannya dengan membuat pupuk non kimia, dengan bahan baku kotoran ternak sapi.

"Alhamdulilah hasil temuan pembuatan pupuk organik, diberi nama fine compost, kini bisa digunakan oleh masyarakat, bukan hanya masyarakat lokal saja. Tetapi masayarakat luar Kabupaten Konsel juga," jelasnya.

Ketua Tim Pelaksana Inovasi Desa (TPID), Kecamatan Andoolo Israwan menjelaskan, pengolahan kotoran sapi menjadi pupuk padat organik. Menjadi andalan dalam meningkatkan program kewirausahaan inovasi, di Desa Wawobende.

"Dengan adanya beberapa masyarakat, yang memiliki kemampuan dalam pengolahan dan pembuatan pupuk organik, dalam peningkatan kapasitas kelompok untuk mengembangkan usaha produktif ini. Tentu akan menjadi salah satu prioritas Pemdes Wawobende," cetusnya.

Tinggal bagaimana lanjut dia, Pemdes agar lebih memperhatikan kelompok tani ini, melalui pemberian bantuan modal untuk pengembangan usaha pembuatan pupuk organik tersebut.

"Kita berharap agar BUMDes, dapat terlibat dalam pengelolaannya sehingga tidak terjadi kesulitan dalam pemasaran hasil usaha ini," pintanya.

Sementara itu Kades Wunduwatu Ngatmono, sangat mengapresiasi Masyarakatnya. Karena memiliki tenaga terampil dalam sistem pengolahan kotoran sapi menjadi pupuk padat organik.

"Sehingga petani kita, tidak lagi kesulitan dalam memperoleh pupuk dan lambat laun ketergantungan terhadap pupuk kimia bisa ditinggalkan," ungkapnya.

Apa lagi sambung Ngatmono, bahan baku pembuatan pupuk organik tidak sulit didapatkan, karena sebagian besar petaninya hampir masing-masing Kepala Keluarga (KK), memiliki ternak.

"Terkait persoalan kendala modal dan masalah dalam pembuatan pupuk organik, Insyaallah dimusyawarah Desa (Musdes), Musrebang nanti akan kita bahas bersama masyarakat. Termasuk persoalan dalam peningkatan kapasitas, pembuatan, dan pemasaran," tutupnya. (K5/b)

  • Bagikan