Desa Lamokula Jadi Lokasi Simulasi Ketangguhan Bencana

  • Bagikan
Pemda Konsel bekerjasama dengan APIK saat menggelar simulasi ketangguhan bencana di Desa Lamokula Kecamatan Moramo. FOTO: Saprudin/Kolaka Pos

KOLAKAPOS, Andoolo -- Pemerintah Kabupaten Konsel melalui Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Konsel, melaksanakan simulasi evakuasi banjir yang terpusat di Desa Lamokula, Kecamatan Moramo Utara, diikuti 300 warga terdiri dari perangkat desa, pemuda, perempuan, anak-anak dan anggota masyarakat, Rabu (24/4). Kegiatan tersebut juga dalam rangka memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKBN) pada 26 April 2019. Dalam simulasi ketangguhan bencana khususnya kepada korban banjir tahun lalu di Desa itu, Pemda bekerjasama dengan pihak USAID Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (APIK) untuk bangun ketangguhan masyarakat Konsel.

Kepala BPBD Konsel, Ir Adiwarsyah Toar mengungkapkan, simulasi dilakukan agar masyarakat memiliki kesadaran tinggi dan kesiapsiagaan, sehingga dapat menghadapi bencana yang sering terjadi di daerahnya. Hal ini sejalan dengan pendekatan HKBN, yang mendorong terjadinya perubahan perspektif dari responsif menjadi preventif. “Untuk Konsel ini bencana utamanya adalah banjir dan longsor, Desa Lamokula sendiri memang daerah langganan banjir, oleh karena itu kami berkoordinasi dengan APIK untuk mengadakan simulasi bencana disana,” jelasnya.

Simulasi banjir di Desa Lamokula masih rangkaian dari kegiatan yang dilaksanakan sejak 22 April, mulai dari penyusunan Standard Operating Procedure (SOP) bersama masyarakat, pemasangan sistem peringatan dini berupa alat pengukur tinggi muka air, penyusunan peta dan jalur jalur evakuasi bencana, dan pemasangan rambu evakuasi.

"Hal tersebut dilakukan agar warga memahami alur proses penyelamatan diri, serta mengetahui peran yang harus dilakukan saat banjir terjadi. Selain itu, sehingga kerugian baik harta benda maupun korban jiwa dapat ditekan," terangnya.

Ditambahkannya, berdasarkan data BPBD nasional, sepanjang 2018 terjadi 2.572 bencana yang sebagian besar merupakan bencana hidrometeorologi (terkait cuaca). Sultra sendiri tergolong rentan terhadap bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, angin puting beliung, dan gelombang ekstrem.

"Untuk warga Desa Lamokula, banjir telah rutin terjadi dalam beberapa tahun belakangan. Pada Mei 2017, empat sungai kecil yaitu Mekar Jaya, Kali Tolea Asi, Kali Bangga Ea, dan Kali Adunggeho meluap dan merugikan lebih dari 40 Kepala Keluarga," jelasnya.

Bencana serupa sambung Adiwarsyah, terulang kembali pada Juni 2018, tetapi tidak menyebabkan korban jiwa namun membuat warga mengungsi. Untuk mengantisipasi hal itu, telah dibentuk Kelompok Siaga Bencana (KSB), masing-masing dari Desa Awunio, Rumba-Rumba, Batujaya, Bungin Permai, Roraya, Laeya, Matawolasi, Laikandonga dan Boro-Boro.

"KSB terdiri dari anggota masyarakat dan merupakan tim inti yang akan memimpin proses evakuasi jika bencana terjadi," tandasnya. (k5/b)

  • Bagikan