Tim Kosabangsa USN dan UHO Latih Warga Gunung Sari Cara Membuat Minyak Kelapa dan Briket

  • Bagikan
Tim Kosabangsa USN Kolaka menerapkan teknologi mengolah kelapa menjadi minyak goreng dan pembuatan briket di Desa Gunung Sari, Kabupaten Kolaka.

KOLAKAPOSNEWS.COM, Kolaka - Tim Kolaborasi Sosial Membangun Masyarakat (Kosabangsa) Universitas Sembilanbelas November (USN) Kolaka menerapkan teknologi pengolahan kelapa menjadi minyak goreng dan pembuatan briket arang batok kelapa di Desa Gunung Sari, Kecamatan Watubangga, Kolaka. Program Kosabangsa ini didampingi oleh tim Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari.

Kegiatan pelatihan dilaksanakan di kantor Desa Gunung Sari, pada Sabtu (5/11). Tim Kosabangsa USN yang terdiri dari Saparuddin, S.Si., M.Si (ketua), Edi Ilimu, S.Pd., M.Si (anggota) dan Djunarlin Tojang, S.Si., M.Si (anggota), memberikan pelatihan cara mengolah kelapa menggunakan teknologi. Peserta terdiri dari dua kelompok warga desa Gunung Sari, dan dibantu oleh beberapa orang mahasiswa USN dan UHO. Kelompok pertama dilatih cara mengolah kelapa menjadi minyak goreng murni yang tahan lama dan tidak berbau tengik. Sementara kelompok kedua dilatih membuat briket dari arang batok kelapa.

Kegiatan itu dihadiri ketua tim pendamping Kosabangsa dari UHO Kendari Prof. Dr. La Rianda, Ketua LPPM USN diwakili Kepala Pusat Penelitian USN Djabar, S.Sos., M.Si, Kepala Desa Gunung Sari Pujianto Ruslan, bersama perangkat desa dan BPD.

Ketua tim pelaksana Kosabangsa USN, Saparuddin mengatakan, berdasarkan data BPS 2021, Desa Gunung Sari merupakan salah satu desa penghasil kelapa terbesar di Kabupaten Kolaka. Hanya saja selama ini masyarakat desa belum maksimal mengolah kelapa sebagai sumber penghasilan. Mereka hanya fokus pada penjualan kelapa per biji atau diolah menjadi kopra. Sementara banyak potensi yang bisa dikembangkan sehingga nilai jual olahan kelapa lebih tinggi lagi. "Salah satunya dengan cara diolah menjadi minyak goreng murni yang tahan lama dan tidak berbau tengik. Kemudian batok kelapa juga bisa dibuat menjadi briket," kata Saparuddin.

Ia menjelaskan, dalam proses pengolahan kelapa menjadi minyak goreng tersebut, Tim Kosabangsa menggunakan teknologi. Dengan alat ini, minyak goreng yang dihasilkan lebih tahan lama dan tidak berbau tengik. "Yang tawarkan ini sudah diteliti juga bahwa minyak kelapa yang dihasilkan tidak cepat berbau. Sehingga memungkinkan minyak kelapa yang dihasilkan ini bisa bersaing dengan minyak goreng kepala sawit. Kemudian pembuatan briket, ini juga menjadi potensi untuk dikembangkan karena harga batok kelapa akan lebih tinggi kalau langsung dibuatkan briket," jelasnya.

Saparuddin pun berharap kegiatan pembuatan minyak kelapa dan briket di Desa Gunung Sari bisa berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. "Semoga dengan adanya program Kosabangsa ini bisa meningkatkan usaha para kelompok masyarakat," tandasnya.

Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian USN, Isra Djabar mengungkapkan program Kosabangsa merupakan salah satu program unggulan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Melalui program Kosabangsa ini Kemendikbud mengingingkan perguruan tinggi menyelesaikan permasalahan yang ada di tengah-tengah masyarakat. "Kosabangsa merupakan program pengabdian kepada masyarakat. Kami LPPM USN berharap melalui program Kosabangsa ini, dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Desa Gunung Sari. Harapan kami ini bisa berlanjut setelah program ini selesai, sehingga masyarakat desa bisa merasakan manfaatnya," ungkapnya.

Di tempat yang sama, Ketua Tim Pendamping Kosabangsa dari UHO, Prof Dr. La Rianda dalam arahannya meminta masyarakat Gunung Sari untuk bersungguh-sungguh mengikuti pelatihan yang dilaksanakan Tim Kosabangsa. Sehingga prodok yang dihasilkan berkualitas dan bersaing di pasaran. Untuk pemasaran minyak goreng dan briket, Prof La Rianda menyarankan pemasaran bisa dilakukan secara online atau dititip toko-toko. Sehingga semua hasil komiditi pertanian atau perkebunan harus menjadi tanggung jawab bersama.

"Sebenarnya semua komiditi pertanian atau perkebunan harus menjadi tanggungjawab bersama, tidak hanya pemerintah tapi harus oleh tim. Adapun pemasaran bisa dilakukan secara online atau di toko-toko. Jadi ini bisa menjadi nilai tambah ekonomi masyarakat. Kita harapkan masyarakat fokus dan sungguh-sungguh mengikuti kegiatan ini, dan kegiatan ini harus berkelanjutan. Kalau ingin berhasil maka harus kita lakukan itu," ucapnya.

Sementara itu, Kepala Desa Gunung Sari, Pujianto Ruslan menyampaikan terima kasih kepada seluruh Tim Kosabangsa karena telah memilih desa yang dipimpinnya sebagai objek penerapan program. "Kami siap mendukung kegiatan ini. Mudah-mudahan program ini berlanjut dan bisa meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat kami, paling tidak produk yang dihasilkan menjadi nilai tambah ekonomi anggota kelompok," kata Pujianto.

"Saya juga menghimbau kepada masyarakat yang ikut kegiatan ini serius agar bisa diterapkan dengan baik setelah selesai program Kosabangsa," tandasnya. (hrn)

  • Bagikan